Senin, 23 Maret 2015

Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur (NTT)

Nusa Tenggara Timur beribukotanya Kupang, terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Penduduk di NTT merupakan masyarakat yang heterogen, selain terlihat dari perbedaan ciri-ciri fisik juga menunjukan bermacam suku-bangsa dengan latar belakang sejarah, bahasa dan tata kehidupan adat yang berbeda pula. Di Pulau Timor misalnya didiami oleh suku bangsa : Atoni atau Dawan, Tetun (Belu), Buna, dan Kemak. Suku bangsa Kisar di Pulau Kisar, suku bangsa Alor di Pulau Alor dan suku bangsa solor di Pulau Sokor. Selain itu terdapat suku bangsa Helong di Pulau Semau, suku Sabu di pulau Sabu, suku Sumba di Pulau Sumba, suku Rote di Pulau Rote, serta suku bangsa Manggarai, Ngada, Ende, Lio, Sikka, dan Larantuka di Pulau Flores.

 
Pakaian Harian di Kupang
Sehari-hari masyarakat Kupang dari berbagai suku mengenakan pakaian hampir seperti busana upacara adat namun tidak menggunakan aksesori dan perhiasan.
Pria mengenakan selimut dan kemeja putih dilengkapi dengan ikat pinggang besar dan dipergagah dengan pengikat bernama destar.
Sedangkan wanita memakai sarung dengan teknik dua kali lipatan dan dililit pada pinggang agar sarung tidak melorot jatuh ke bawah. Untuk bagian atas dikenakan kebaya saja yang disulam menyerupai kutang atau bra.
A. Suku Rote

Mayoritas suku Rote mendiami Kepulauan Rote, juga disebut Pulau Roti, adalah sebuah pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Rote merupakan wilayah paling selatan Indonesia. Pulau ini terkenal dengan kekhasan budidaya lontar, wisata alam pantai, musik sasando, dan topi adat Ti’i Langga. Rote berstatus sebagai kabupaten dengan nama Kabupaten Rote Ndao.

Pulau-pulau kecil yang mengelilingi pulau Rote antara lain Pulau Ndao,Ndana, Naso, Usu, Manuk, Doo, Helina, Landu.


Pakaian Adat Pria Rote

Ti’i langga, yaitu penutup kepala yang berbentuk mirip dengan topi sombrero dari Meksiko. Ti’i langga terbuat dari daun lontar yang dikeringkan. Karena sifat alami daun lontar yang makin lama makin kering, maka ti’i langga pun akan berubah warna dari kekuningan menjadi makin cokelat. Bagian yang meruncing pada topi tersebut makin lama tidak akan tegak, tetapi cenderung miring dan sulit untuk ditegakkan kembali. Konon hal tersebut melambangkan sifat asli orang Rote yang cenderung keras. Selain itu, ti’i langga juga merupakan simbol kepercayaan diri dan wibawa pemakainya.
Ti’langga merupakan aksesoris dari pakaian tradisional untuk pria Rote. Tetapi pada saat-saat tertentu, misalnya pada saat menarikan tarian tradisonal foti, perempuan menggunakan penutup kapala ini.
Baju
Baju adat rote berupa kemeja berlengan panjang berwarna putih polos. Tubuh bagian bawah ditutupi oleh sarung tenun berwarna gelap, kain ini menjuntai hingga menutupi setengah betis. Motif dari kain ini bermacam-macam, bisa berupa binatang, tumbuhan yang ada tersebar di di kawasan Nusa Tenggara Timur. Dari motif yang nampak dari kain tenun tersebut dapat dilihat daerah asal pembuatan kain tenun tersebut.
Asesories
Sebagai aksesoris sehelai kain tenun berukuran kecil diselempangkan di bagian bahu. Motifnya serasi dengan kain tenun pada sarungnya. Selain itu, sebilah golok juga diselipkan di pinggang depan.
Pakaian Adat Wanita Rote
Biasanya mengenakan baju kebaya pendek dan bagian bawahnya mengenakan kain tenun. Salah satu motif yang sering digunakan untuk menghiasi pakaian adat ini adalah motif pohon tengkorak.
Asesories
Sehelai selendang menempel pada bahunya. Rambut disanggul dan memakai hiasan berbentuk bulan sabit dengan tiga buah bintang. Hiasan tersebut disebut bulak molik. Bulan molik artinya bulan baru. Hiasan ini terbuat biasanya terbuat dari emas, perak, kuningan, atau perunggu yang ditempa dan dipipihkan, kemudian dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai bulan sabit.
Selain itu, Aksesoris lainnya adalah gelang, anting, kalung susun (habas), dan pending. Kalung susun atau habas terbuat dari emas atau perak yang merupakan warisan turun-temurun dari sebuah keluarga suku Rote. Terkadang, ada yang menanggap bahwa habas merupakan benda keramat yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Selain habas, aksesoris lainnya adalah pending. Pending merupakan perhiasan yang terbuat dari kuningan, tembaga, perak dan emas dan biasa dipakai di bagian pinggang. Motif yang sering muncul sebagai hiasan pending adalah motif bunga atau hewan unggas.
B. Suku Sabu
Suku Sabu merupakan suku mayoritas di Pulau Sabu atau Rai Hawu, bagian Kabupaten Kupang. Merupakan pulau terpencil dengan luas 460,78 kilo meter persegi berpenduduk sekitar 30.000 jiwa dengan sifat mobilitas tinggi. Karena itu penyebarannya keseluruh Nusa Tenggara Timur cukup menyolok. Dari Kabupaten Kupang Pulau tersebut dapat dijangkau dengan kapal laut selama 12 jam berlayar atau 45 menit dengan pesawat.
Pakaian Adat Pria Sabu

Baju adat Pria Sabu berupa ikat kepala, kemeja berlengan panjang berwarna putih polos. Tubuh bagian bawah ditutupi oleh sarung tenun dan sehelai kain tenun berukuran kecil diselempangkan di bagian bahu.
Pakaian Adat Wanita Sabu

Biasanya mengenakan baju kebaya pendek dan bagian bawahnya mengenakan kain tenun dua kali lilitan dan tanpa asesories.
Pakaian Pengantin Sabu
Pakaian Pengantin Pria
  • Selendang yang digunakan pada bahu pria
  • Destar pengikat kepala sebagai lambang kebesaran/kehormatan disertai dengan mahkota kepala pria yang terdiri dari tiga tiang terbuat dari emas.
  • Kalung mutisalak yaitu sebagai mas kawin dengan liontin gong.
  • Sepasang gelang emas
  • Ikat pinggang/sabuk yang memiliki 2 kantong pengganti dompet/tas
  • Habas/perhiasan leher terbuat dari emas.
Pakaian Pengantin Wanita
  • Sarung wanita yang diikat bersusun dua pada pinggul dan sedada
  • Pending (ikat pinggang terbuat dari emas).Gelang emas dan gading yang dipakai pada upacara adat/perkawinan
  • Muti salak/kalung dan liontin dari emas
  • Mahkota kepala wanita dan tusuk konde berbentuk uang koin/sovren/ uang emas pada zaman dahulu
  • Anting/giwang emas bermata putih/berlian
  • Sanggul wanita berbentuk bulat diatas/puncak kepala wanita
C. Suku Helong
Helong atau Halong sebuah suku yang mendiami pulau Semau atau pulau Timau. Suku Helong berasal dari Pulau Ambon. Helong sebenarnya berasal dari kata Halong, yang oleh orang yang tinggal disana susah untuk menyebutkan kata Halong dan lebih senang menyebutkannya menjadi Helong. Helong atau Halong adalah sebuah pulau di Ambon (Maluku) tempat dimana Suku Helong berasal.

Pakaian Adat Pria Helong

  • Selimut Helong besar diikat pada pinggang ditambah dengan selimut kecil
  • Kemeja pria (baju bodo)
  • Destar pengikat kepala
  • Muti leher atau habas
Pakaian Adat Wanita Helong

  • Sarung diikat pada pinggang ditutup dengan selendang penutup
  • Pending/ikat pinggang emas
  • Kebaya Wanita
  • Muti salak/muti leher dengan mainan berbentuk bulan
  • Perhiasan kepala bulan sabit/bula molik
  • Giwang (karabu)
D. Suku Dawan

Suku Dawan mendiami sebagian wilayah Kabupaten Kupang atau Amarasi, Amfoang, Kupang Timur dan Tengah atau Kabupaten Timor, Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan sebagian Kabupaten Belu ( bagian perbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Utara).


Pakaian Adat Pria Amarasi

  • Selimut besar pria diikat pada pinggang ditambah dengan selimut penutup dan selendang
  • Ikat pinggang pria
  • Kemeja pria (baju bodo)
  • Kalung habas emas berbandul gong
  • Muti salak
  • Ikat kepala atau destar dikombinasi dengan hiasan tiara
  • Gelang Timor 2 buah
Pakaian Adat Wanita Amarasi

  • Sarung diikat pada pinggang
  • Selendang penutup dan pending
  • Kebaya wanita
  • Kalung muti salak, habas dan gong (liontin)
  • Hiasan kepala bulan sabit
  • Tusuk konde koin 3 buah dan sisir emas
  • Giwang (karabu)
  • Gelang kepala ular 2 buah (sepasang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar